Minggu, 06 Mei 2012

kisah tiga saudara


KISAH TIGA SAUDARA


Suatu waktu hiduplah Tiga Orang Bersaudara yang berkelana dalam kesunyian di jalan yang berkelok saat petan. Beberapa waktu kemudian, Ketiga Saudara itu sampai di sebuah sungai dalam yang berbahaya untuk dilewati, tetapi Ketiga Bersaudara ini belajar ilmu sihir dan dengan mudahnya mereka melambaikan tongkat sihirnya untuk membuat sebuah jembatan penyebrangan diatas sungai tersebut. Mereka sudah setengah jalan saat jalan di depan mereka dihalangi oleh sosok berkerudung.

Dan Kematian pun berkata pada mereka, Ia sebenarnya kesal telah dicurangi oleh Ketiga Bersaudara karena biasanya Para Pengelana tenggelam dalam sungai. Tetapi, Kematian licik, ia berpura-pura memberi selamat kepada Ketiga Bersaudara atas kemampuan sihir mereka dan menjanjikan sebuah hadiah untuk masing-masing Ketiga Bersaudara yang cukup pintar untuk menghindar dari Kematian.
Si Sulung yang suka berkelahi meminta sebuah tongkat sihir terkuat yang pernah ada: Tongkat sihir tersebut akan memenangkan setiap pertarungan yang dilakukan pemiliknya, sebuah tongkat sihir yang cocok untuk seorang penyihir yang telah menaklukan kematian! Kematian pun berjalan menuju ke sebuah pohon Elder di tepi sungai, lalu membuat sebuah tongkat sihir dari ranting pohon yang ada disana dan memberinya pada si Sulung.
Kemudian, si Tengah, seorang yang sombong, memutuskan untuk menghina Kematian lebih jauh, ia meminta kemampuan untuk membangkitkan manusia dari Kematian. Kematian pun mengambil sebah batu dari tepi sungai dan memberinya kepada si Tengah dan memberitahunya bahwa batu itu akan mampu membangkitkan seseorang dari kematian.
Kemudian Kematian bertanya apa yang diinginkan si Bungsu. Si Bungsu adalah seorang yang rendah hati dan paling bijaksana diantara saudara-saudaranya yang lain, dan ia tidak memercayai Kematian, jadi ia meminta sesuatu yang akan membuatnya mempu pergi jauh dari tempat itu tanpa diikuti Kematian. Dan Kematian, dengan berat hati, memberikan Jubah Gaib miliknya.
Setelah itu, Kematian menepi dan mempersilakan Ketiga Bersaudara untuk melanjutkan perjalanan mereka,dan mereka pun kembali berkelena dengan bercerita kepada para pengelana lain mengenai petualangan yang telah mereka lakukan sembari mengagumi hadiah dari Kematian. Di sebuah persimpangan jalan Ketiga Bersaudara berpisah, berjalan menuju tujuan mereka masing-masing.
Si Sulung berkelana selama seminggu lebih sampai ia tiba di Desa yang jauh, mencari sekelompok laki-laki yang pernah berselisih dengannya. Dengan tongkat sihir Elder sebagai senjatanya, ia tidak bisa gagal untuk memenangkan pertarungan yang ia ikuti. Meninggalkan musuhnya tak bernyawa di atas lantai, si Sulung melanjutkan ke sebuah losmen, disana ia membangga-banggakan kekuatan tongkat sihir yang ia rebut dari Kematian itu dan bagaimana tingkat sihir itu membuatnya tak terkalahkan.
Saat sudah larut malam seorang penyihir menyusup ke kamar dimana si Sulung tidur diatas kasurnya dengan tubuh yang dibasahi anggur. Pencuri itu mengambil tongkat sihir si Sulung dan menggorok leher si Sulung. Dan Kematian mengambil si Sulung menjadi miliknya.
Sementara itu, si Tengah berjalan pulang ke rumah, dimana ia tinggal sendiri. Disana ia mengeluarkan batu yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan manusia dari kematian, dan memutarnya tiga kali dengan tangannya. Senang sekaligus takjub, ia melihat sosok seorang gadis yang ingin ia nikahi sebelum gadis itu terlebih dahulu meninggal, muncul di depannya.
Namun, gadis itu sedih dan dingin, terpisah dari si Tengah karena sebuah selubung. Meskipun ia telah kembali ke dunia yang fana, ia merasa menderita karena seharusnya ia tidak berada disana. Akhirnya, si Tengah menjadi gila karena putus asa akan kerinduannya dan ia pun bunuh diri agar bisa bersama gadis yang ingin ia nikahi.
Dan Kematian pun mengambil si Tengah menjadi miliknya.
Tetapi meskipun Kematian mencari si Bungsu selama bertahun-tahun, ia tidak pernah bisa menemukannya, hingga akhirnya si Bungsu memasuki usia senjanya dan ia mewariskan Jubah Gaibnya pada anaknya. Lalu, ia disambut Kematian sebagai teman lama, dan pergi ia pergi dengan senang hati meninggalkan hidup ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar